Brand Strategy: 3.Kenapa Ada Brand yang Dicintai dan Ada yang Dibenci?

Brand itu seperti kenangan. Ada yang terus melekat di kepala, ada yang hilang tanpa jejak. Coba ingat-ingat, dulu ketika masih kecil, brand apa yang selalu ada di rumah? Mungkin ada kaleng biskuit Khong Guan yang isinya berubah jadi rengginang, atau sabun mandi yang wanginya khas dan selalu teringat saat masuk ke kamar mandi rumah orang tua.
Tapi, ada juga brand yang dulu sempat ramai, lalu hilang begitu saja. Pernah dengar Nano-Nano yang “manis, asam, asin jadi satu”? Atau minuman sarsaparila yang dulu sering ada di warung? Beberapa masih bertahan, tapi banyak yang tenggelam. Kenapa bisa begitu? Apa yang membuat sebuah brand tetap hidup dalam ingatan orang?
Kenapa Brand Bisa Bertahan Lama?
Brand bukan sekadar logo atau slogan. Kalau cuma soal itu, semua bisa meniru. Tapi ada sesuatu yang membuat beberapa brand terus dikenang: emosi yang mereka bangun.
- Masuk ke Momen-Momen Berharga
Brand yang melekat biasanya punya tempat di hati kita. Misalnya, dulu setiap Lebaran, selalu ada sirup Marjan di meja tamu. Rasanya bukan Lebaran kalau tidak ada itu. Brand seperti ini tidak sekadar menjual produk, tapi menjadi bagian dari tradisi. - Kualitas yang Konsisten, Tidak Berubah-Ubah
Salah satu alasan orang tetap setia adalah karena brand itu bisa diandalkan. Bayangkan kalau Indomie tiba-tiba mengubah rasa mie gorengnya. Orang pasti protes. Brand yang bertahan selalu punya rasa dan kualitas yang konsisten. - Punya Karakter yang Kuat
Brand yang kuat bukan cuma jualan, tapi juga punya cerita. Misalnya, Teh Botol Sosro yang selalu pakai tagline “Apapun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro.” Sederhana, tapi langsung menempel di kepala. - Adaptasi, Tapi Tidak Kehilangan Identitas
Beberapa brand lama masih eksis karena mereka mau berubah tanpa kehilangan jati diri. Misalnya, Aqua dulu cuma ada dalam botol kaca. Sekarang mereka hadir dalam berbagai kemasan, tapi tetap dikenal sebagai air minum dalam kemasan yang paling dipercaya. - Bukan Sekadar Produk, Tapi Ikatan Emosional
Sebuah brand akan lebih kuat jika punya nilai yang dirasakan oleh pelanggannya. Tolak Angin, misalnya, bukan sekadar obat masuk angin. Ia punya cerita bahwa “Orang Pintar Minum Tolak Angin” dan sejak dulu jadi andalan banyak keluarga.
Kenapa Ada Brand yang Cepat Dilupakan?
Sebaliknya, ada brand yang dulu ramai, lalu perlahan menghilang. Biasanya ini terjadi karena:
- Gagal Menyesuaikan Diri dengan Perubahan Zaman
Dulu, Kodak adalah raja fotografi. Tapi saat dunia mulai beralih ke digital, mereka tetap bertahan dengan film dan akhirnya tertinggal. Di Indonesia, kita juga melihat hal serupa dengan produk seperti Majalah Bobo yang perlahan kalah oleh media digital. - Tidak Punya Ikatan Emosional dengan Konsumen
Brand yang hanya fokus jualan tanpa membangun hubungan dengan pelanggan mudah tergeser. Coba ingat, kenapa kita masih pakai Sabun Lifebuoy meskipun banyak sabun lain? Karena dulu ibu kita selalu pakai itu, dan kita terbiasa dengan baunya. Kalau sebuah brand tidak punya tempat dalam kenangan orang, cepat atau lambat akan hilang. - Terlalu Fokus pada Harga, Bukan Nilai
Banyak brand berpikir kalau mereka cukup jadi yang paling murah untuk menang. Tapi kenyataannya, orang tidak hanya mencari harga murah. Mereka mencari sesuatu yang bermakna. Contoh sederhana, kenapa banyak orang tetap pilih Tolak Angin dibandingkan obat masuk angin lain yang lebih murah? Karena ada rasa percaya yang sudah terbentuk bertahun-tahun. - Kurang Berinovasi dalam Komunikasi
Banyak brand yang sebenarnya bagus, tapi gagal mempertahankan komunikasi yang relevan. Misalnya, dulu Taro dan Chiki sering muncul di TV dengan iklan yang menarik. Sekarang, anak-anak lebih banyak di media sosial, dan brand yang tidak beradaptasi akan perlahan tergeser. - Tidak Ada Diferensiasi yang Jelas
Brand yang tidak punya sesuatu yang unik cenderung mudah dilupakan. Coba pikirkan, berapa banyak air minum dalam kemasan yang ada di pasaran? Tapi kenapa Aqua tetap yang paling diingat? Karena mereka sudah membangun kepercayaan selama puluhan tahun, sementara brand lain datang dan pergi.
Pelajaran untuk Pebisnis: Bagaimana Membangun Brand yang Melekat?
Kalau ingin membangun brand yang bertahan lama, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Masuk ke kehidupan orang, bukan sekadar jualan. Jadilah bagian dari momen-momen penting pelanggan.
- Jaga kualitas, jangan mudah berubah hanya karena ingin hemat biaya produksi. Sekali rasa atau kualitas berubah, orang bisa kehilangan kepercayaan.
- Punya karakter yang jelas. Jangan hanya ikut-ikutan tren tanpa identitas yang kuat.
- Berani beradaptasi, tapi tetap mempertahankan esensi brand. Jangan takut berkembang, tapi pastikan pelanggan lama masih merasa terhubung.
- Gunakan komunikasi yang relevan dengan zaman. Jika audiens berpindah ke media sosial, pastikan brand tetap hadir di sana dengan cara yang otentik.
Di Brandewa, kami membantu bisnis membangun brand yang tidak hanya dikenal, tapi juga dikenang. Jika ingin memastikan brand Anda tetap relevan dan punya tempat di hati pelanggan, inilah saatnya untuk mulai membangun strategi yang benar.